Labels

Sabtu, 08 November 2008

orang asia

Orang Asia di Asia

Djangan kamoe pergi ke Netherland
Amat djaoueh letaknja Netherland
Kalau kamoe mentjari kepandaian
Lebih baik kamoe pergi Japan
Makin lama kita makin tambah merasa kekoerangan onderwijs. Orang-orang toea telah merasa goenanja pengadjaran dan anak-anak laki-laki perempoean banjak jang dimasoekkan sekolah. Sajang beriboe sajang, tiada sekalian m.l. dapat tempat. Kalau kita pikirkan bahwa diseloeroeh Hindia ini ada barang 60 djoeta orangnja. Tentoe sahaja wadjibiah pemerentah dan bangsa partikulir mendirikan beriboe-riboe roemah sekolah dan haroes djoega diadakan beratoes-ratoes orang goeroe. Roepa-roepanja pemerentah tidak dapat memberi p0engadjaran kepada sekalian ra’jatnja, karena ia.... tak bersedia. Katanja ia (pemerentah) tidak menjanka bahwa bangsa boemi poetra akan soeka onderweijs. Hm hm hm. Peribahasaan Belanda ada jang boenjinja : onbenkend maaki obenmind (barang jang tidak kita kenali, tidak kita soekai). Sampai lima enam taoen jang telah laloe, beloem kita merasainja karena kira beloem pernah diberi, serta pemerentah moelai memberi onderweijs jang patoet (sesoenggoehnja terlaloe laat), maka bangsa kita merasa besar sekali goenanja pengadjaran itoe. Sesoenggoehnja itoe salahnja pemerentah sendiri, mengapa bangsa boemi poetera diberi makanan jang enak itoe. Sekarang terpaksa ia (p.) membeli banja oentoek orang-orang lainnja jang djoega ingin toeroet makan. Sekalianja itoe regeering taoe dan mengerti betoel, tetapi roepanja poera-poera tak mengerti. Kalau kita periksa bahwa sampai sekarang kita lebih dari seratoes tahoen diperentah (djangan salah faham kalau dibilang dari datangja orang Belanda, ada barang tiga ratoes taoen lamanja) oleh keradjaan Belanda, dan pada waktoe ini hanjalah koerang lebih 10% alias sepersepoeloeh anak-anak kita di tanah Djawa jang dapat pengadjaran sekolah (di negeri Belanda ada barang 80 – 90%, dadalah seorang jang adil jang meniadakan mengapa kita merasa diperbodohkan. Boekankah banjaknja anak sekolah itoe kemaloean besar boeat negeri Belanda? Meskipoen pemerentah telah taoe hal ini tiada djoega ia lekas-lekas mentjahari akal akan memperbaiki kesalahannja.
Di tanah Djawa ditambah empat normaalschool. Oentoek seloeroeh Hindia diadakan seboeah Hougere kweekschool, dari manakah dan bilamana kita dapat goeroe tjoekoep boeat mengadjar anak-anak? Sepandjang pengetahoean kita di negeri Belanda hampir tiap-tiap kampoeng ada sekolah dan tiap-tiap desa jang besar ada Normaalschool. Kalau sekalian itoe kita pikirkan, seolah-olah kita akan menangis, mengapakah bangsa kita ini disoeroeh menanggoeng kesoesahan dan kerendahaan ini?
Ada lagi jang menjoesahkan hati kita a’nt pengadjaran oentoek anak-anaknja bangsa biasa, boekan bangsa prijaji. Kalau kita periksa betoel-betoel, H.I. tjelaka betoel sedang anak desa hanja diberi sekoelah desa jang goeroenja anak-anak empat belas sampai lima belas taoen itoe, maka anak lainja disoeroeh masoek sekolah kelas doea jang tak berhoeboeng dengan sekolahan tinggi. Tambahan lagi roemah sekolah beloem mentjoekoepi, hingga tiap-tiap yaoen beratoes-ratoes anak jang ditolak. Masoek sekolah Belanda dilarang (Bapanja boekan djaksa), masoek sekolah H.I.S. poen tak boleh, bapanja tak beroeang, lagi boekan prijaji. Heran saja, mengapakah bangsa Belanda jang mentjahari persamaan itoe berlakoe demikian, boekankah orenag ketjil itoe jang akan memadjoekan bangsanja? Barangkali takoetkah Belanda akan kemadjoean si ketjil? Kalau pemerentah teroes berlakoe seperti sekrang kita khawatir kalau-kalau kita akan bertjerai seperti moesoeh. Apabila Netherland memboeat kita pandai (bangsa tinggi dan orang biasa) hingga kita anak boemi poetra dapat memerentah negeri sendiri, boekankah itoe bagoes betoel boeat kerdjaan itoe, seperti sekaranga bangasa Amerika di poelau-poelau Filipina. Ada barang 20 taoen di sana sekarang bangsa Filipina telah akan dapat parlemen sendiri. Goeroe di sana tak koerang, baik bangsa Amerika atau bangsa Filipina. Makin lekas Netherland mengadjar kita, tambah besar ,,eer”nja tentang negeri lain. Sekarang kita kembali lagi kepada anaknja orang biasa. Oempama kita ini pemerentah, sekalian sekolah, kita boeka oentoek sekalian bangsa. Sekoelah desa kita ganti sekoelah kelas doea, sekolah kelas doea diganti sekolah kelas satoe. Pendeknja, onderwijs stelsel (atoeran onderwijs) haroes dioebah sama sekali, soepaja sekalian anak dapat beladjar di sekolah jang disoekai. Banjaknja kweekschool dan normaalschool ditambah, soepaja tidak kekoerangan goeroe lagi. Banjak anak b.p. kita soeroeh beladjar oentoek goeroe H.I.S soepaja goeroe-goeroe Belanda jang koerang baik oentoek pengadjaran anak b.p. boeleh diganti anak b.p.
Di tanahnja sendiri diadakan ini, itoe onderwijs jang mentjoekoepi dan jang baik sedang dikoloni... itoe namanja mentjari anaknja sendiri. Di negeri Belanda sekalian anak jang berkepandaian dan jang ada kemaoean (anaknja siapa djoega) dapat melandjoetkan peladjarannja. Tiada koerang anak orang ketjil jang djadi hakim (mister inderechten) menoeroet dokter-dokter d.l.l. alangkah baiknja apabila di hindia demikian djoega... ?
Pemerentah, anak b.p. merasa haoes onderwijs berilah dia minoeman itoe, tentoe marika akan terima kasih kepadanja. Mengapa dipikir lama-lama, lakoekanlah barang apa jang dipandang baik oleh tiap-tiap orang. Sampai kini kita membitjarakan pengadjaran dari fihak pemerentah sering kita berpikir: ,,tiadakah anak boemi poetera dapat mentjahari akal sendiri, pertanjaan itoe djawabnja; boemi poetera tak beroeang dan barang siapa tak beroeang ialah tak dapat apa-apa”. Memang besar sekali goena oeang itoe. Ketika bangsa Tjina beloem diberi H.C.S. laloe mendirikan sekolah Tiong Hwa dan di sekolah itoe diadjar orang bahasa Inggeris, pemerentah mengerti, bahwa oentoek regeering akal bangsa Tjina itoe amat meroegikan laloe pemerentah memberi sekolah H.C.S. jang sekarang sama dengan sekolah Belanda, tambahan diadjat bahasa Inggeris. Tjina djadi menang, karena beroeang. Sedang kita jang miskin ini terpaksa bersenangkan diri dengan sekkolah nomor doea. Tetapi, akal orang terkadang lebih berharga daripada oeang sadja. Patoet kita mentjahari akal itoe, agar soepaja bangsa kita dapat djoega onderwijs jang patoet. Tetapi, haroeslah kita roekoen, karena keroekoenan itoe seperti moetiara jang besar harganja, karena keroekoenan menerbitkan kekoeasaan dan kekoeatan.
Pembatja telah mengetahoei bahwa pada waktoe ini bahasa Belanda dipandang perkakas akan mentjahari pengetahoean. Ada lagi pikiran jang salah, jang menjangka bahwa bahasa itoe akan mentjahari kehormatan. Barangsiapa dapat bahasa Belanda patoet ia dihormati. Itoe tak benar, kata saja. Dan lagi tidak ada bahasa jang patoet dihormati melainkan bahasanja sendiri. Apakah goenanja mengerti bahasa asing, apabila nahasa itoe tidak dipakai meloeaskan pemandangan. Kebanjakan orang loepa bahwa bahasa Belanda itoe hanjalah perkakas (middel) akan menambahi kepandaian. Banjak orang jang tak perdoeli bahasanja sendiri, agar dapat bahasa Belanda. Ada djoega jang terpaksa lekas-lekas mempeladjari bahasa asing itoe karena takoet tak dapat melandjoetkan pengadjarannja. Tidak koerabng bangsa kita jang gila bahasa Belanda. Haroeslah penjakit ini lekas-lekas diobati. Boeat si penoelis, kita haroes baladjar bahasa asing tetapi djangan kita loepa bahasa kita sendiri, agar soepaja kita dapat mengarang atau menjalin kitab-kitab jang perloe jang sekarang beloem ada di dalam bahasa kita sendiri; djadi orang-orang jang tak dapat mempeladjari bahasa itoe poen diberi bagian djoega. Seperti adanja sekarang menjoesahkan sekali. Anak b.p. jang terpeladjar banjak jang tidak dapat menyoerat dalam bahasanja sendiri, tamabhana poela ada jang hampir tak dapat berkata bahasa itoe. Djadi, goena kepandaiannja itoe hanjalah oentoek badan sendiri. Apabila kepandaian kita tjari dengan bahasa asing itoe telah tjoekoep, dan kita telah mempoenjai boekoe-boekoe jang perloe, boleh bahasa itoe laloe kita lempar.
Seperti adanja sekarang banjak kantor-kantor Belanda jang minta anak-anak jang dapat berkata bahasa Belanda jang baik. Pemerentah poen demikian djoega. Di sekolah-sekolah tinggi, moerid Djawa haroes dapat berkata ,,vlot Hollandsch”, ini kita heran sekali. Kalau pemerentah minta anak-anak itoe, mengapa kita tiada diberi pengadjaran bahasa Belanda dengan tjoekoepnja seperti di Hindia Inggeris. Di sana, bangsa Inggeris djoega minta anak jang dapat bahasa Inggeris tetapi pengadjaran bahasa itoe tidak koerang. Heran kita lagi, kalau pemerentah tak dapat (maoe). Memberi pengadjaran bahasa itoe dengan tjoekoepnja, mengapa orang-orang Belanda tidak maoe beladjar bahasa Melajoe atau bahasa Djawa alangkah moedahnja boeat kedoea

Tidak ada komentar: